Mengutip peryataan DR Muhadjir, rektor universitas Muhammadiyah Malang yang menyatakan terdapat tiga elemen dalam Muhammadiyah yang terdiri elemen agamawan, elemen intelektual dan elemen pelayan, dimana ketiga elemen tersebut bersenergis agar tercipta Muhammadiyah yang kuat,solid dan bermanfaat, namun ada satu elemen yang masih sangat diperlukan dari ketiga elemen tersebut yaitu elemen penggembira, hal ini dikarenakan elemen tersebut merupakan khas dari Muhammadiyah, apabila diamati penggembira yang bahasa arabnya basyiran-mubasysyir, mulai bergeser menjadi nadziran,munadzir yang kadangkala sering tidak menyampaikan tabsyir,tapi sebaliknya.
Muktamar pemikiran atau kolokium, walaupun hanya sekedar dialog pemikiran yang menyeratakan berbagai kalangan pemikir Muhammadiyah dari berbagai mahzab pemikiran, dialog pemikiran sangat diperlukan hal ini diperlukan karena para pemikir Muhammadiyah telah beragam baik karena pengaruh almamater, tempat tinggal, daerah, lokalitas paling tidak akan muncul dua mahzab yang kemudian memunculkan sejumlah liberalisasi,radikal, atau konserfatif
Apa bila gejala tersebut dilihat lebih santai maka hal tersebut dapat dianggap sebuah proses terapi, tetapi kalau diseriusi hal tersebut dapat menyedihkan, menyedihkan kalau interaksi diantara keduanya lebih menampilkan sebagai dialektika pemikiran daripada dialog-dialog pemikiran. Karena akan lebih tampil menjauh daripada saling mendekat, hal ini apabila dibiarkan akan menjadi lebih kontraproduktif, karena itu diperlukan adanya upaya dialog,.yang lebih konstruktif
Dalam Konteks dan kondisi sekarang dialog-dialog tersebut sangat diperlukan. Gejala dialektika pemikiran yang berpotensi saling menjauhkan karena itu harus diubah menjadi gejala dialog pemikiran, ada semacam kerancuan alam pikiran dikalangan Muhammadiyah, bukan berarti organisasi belum membukukan dan membakukan yang seharusnya dibukukan atau dibakukan seperti Putusan Tarjih dan putusan-putusan strategis organisasi, tetapi itu lebih banyak meliputi aspek strategis gerakan.
Jadi masih ada semacam kerancuan, bahkan tidak hanya pada ambiguitas pemikiran, tetapi juga absurditas pemikiran, terutama ketika harus menyikapi dan memberikan respon terhadap tantangan baru yang dalam hal ini ada ambiguitas dan juga sampai pada nuansa absurditas pemikiran. Mengapa demikian sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang salah tetapi juga merupakan konsekwensi logis dari kedirian kita yang sejatinya membuka peluang bagi keragaman pemikiran itu sendiri
Secara teologis Muhammadiyah kadang-kadang menyebut diri sebagai gerakan yang secara teologis berada pada katagori salafiah atau salafisme, hal tersebut yang menjadi landasan KH.A Dahlan dalam pendirian Muhammadiyah, salah satu referensinya adalah tafsir Al-Manar dari Rasyid ridha, tokoh salafiah abad 20. Ketika muncul gerakan salafiah sekarang yaitu memiliki gerakan dan atribut yang khas seperti harus memakai celak, memakai jubah dan yang lainnya, maka timbul pertanyaan apakah Muhammadiyah seperti ini ? Ya, mungkin Salafi-Nya , yaitu Salafi tengahan.
Apabila mau jujur , salah satu ajaran utama ar-ruju'ila Qur'an was-sunnah tetapi kegagalan kaum salafiyah, termasuk yang mebawa bendera ar-ruju ila Qur'an was -Sunnah adalah kegagalan mereka dalam merumuskan metodologi kembali kepada Al-qur'an dan sunnah, jadi kuncinya adalah kaifa narja', yaitu kembali kepada kerangka kaifiyah, dan Muhammadiyah harus lebih keras dan maksimal , mungkin belum pernah terpikirkan untuk merumuskan kerangka metodologi dan kerangka epistemologis untuk kembali pada al-qur'an dan sunnah. Dalam putusan tarjih ada tambahan was sunah al-maqbulah, jadi Muhammadiyah bukan inkarus sunnah dan inkarul Qur'an, tetapi murujuk pada Al-Qur'an dan sunnah, namun perjalanan masih panjang Majlis tarjih mempunyai tugas besar untuk merumuskan kaifa narja'ila-qur'an was sunnah, tetapi pada tingkat metodologi dan epistemologi.
Prof.DR.M Din Syamsuddin
22 April 2008
----------
Website resmi Muhammadiyah Pusat tag Artikel
Makalah telah diedit namun tidak bermaksud mengurangi makna dan isi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar